Mimpi Sering Disebut Dengan Istilah Lucid Dream
Mimpi Disebut Lucid Dream Setiap orang pasti pernah memiliki mimpi dalam hidupnya, baik yang hidup maupun yang samar maupun pula tidak berarti. Dalam praktiknya, setiap orang berbeda persepsinya tentang mimpi, beberapa dari mereka menganggap mimpi sebagai mimpi, dengan kata lain, hal-hal normal yang terjadi saat tidur, tidak sedikit yang mengaitkan mimpinya dengan apa amaupun pulaya. masa depan. Misalnya, seseorang yang melihat mimpi buruk dalam mimpi dikaitkan dengan kecelakaan yang akan menimpanya di masa depan, begitu pula sebaliknya, mimpi yang baik meramalkan nasib masa depan. Ada juga pendapat dari masing-masing orang yang melihat mimpi sebagai penglihatan masa depan, sehingga membutuhkan pemikiran tersendiri saat mengartikan mimpi yang dialami.
Lucid Dream
Mimpi ini sering disebut lucid dream atau mimpi yang mengandung penglihatan masa depan. Namun, mimpi-mimpi tersebut terkadang berdampak negatif bagi masyarakat, seperti yang dijelaskan dalam jurnalnya Nugraidatama (2015), yang menjelaskan bahwa beberapa mimpi identitas ini sering digunakan untuk merugikan maupun pula menyesatkan banyak orang. Dia berdiri sebagai seseorang yang dia klaim. sebagai nabi atau dukun palsu. dengan ritual yang tidak jelas. Beberapa fenomena mimpi unik yang peneliti temukan berasal dari sumber naratif langsung, banyak di antaranya mengatakan bahwa kejadian sebenarnya muncul dari mimpi yang mereka alami, beberapa contohnya adalah mimpi tentang kematian seseorang yang sangat dihormati maupun pula sebuah harapan atau keinginan. Itu akan menjadi kenyataan, impian yang mereka jalani di masa depan menjadi kenyataan dalam perjalanan mereka. Banyak juga contoh tafsir mimpi yang peneliti temukan menyampaikan informasi negatif kepada orang-orang, seperti ketika mimpi digunakan untuk memprediksi perjudian atau ketika mimpi seseorang ditafsirkan maupun pula digunakan sebagai bukti pendukung. informasi yang salah. Itu tidak sesuai dengan fakta. Jenis praktik ini sering ditemui oleh peneliti komunitas, yang mengarah pada kesalahpahaman maupun pula kesalahpahaman dalam interpretasi maupun pula interpretasi mimpi.
Fenomena Dalam Mimpi
Mimpi Disebut Lucid Dream Fenomena inilah yang membuat peneliti tertarik untuk mengangkat pertanyaan tersebut maupun pula menjelaskan fenomena mimpi menurut kedua perspektif tersebut. Diketahui bahwa sejak zaman dahulu telah dilakukan upaya untuk menafsirkan mimpi, karena mimpi merupakan bagian dari aktivitas tidur manusia. Bangsa maupun pula budaya yang berbeda telah mencoba menafsirkan mimpi, tetapi tidak dapat disangkal bahwa mimpi terkait erat dengan unsur budaya, mitologi, spiritual, maupun pula filosofis di setiap bangsa di dunia. Perdebatan tentang mimpi sepertinya tidak pernah ada habisnya. Sebagai fenomena yang bersinggungan dengan kehidupan manusia, kajian mimpi telah dibahas dari berbagai budaya maupun pula negara sepanjang zaman maupun pula selalu diminati. Masyarakat Jawa sendiri mengenal istilah “Primbong Jawa” sebagai ilmu maupun pula penuntun dalam menafsirkan berbagai mimpi yang dialami masyarakat Jawa.
Di antara orang Romawi kuno, pada abad ke-2 M, seorang penyihir Romawi bernama Artemidrus menerbitkan buku yang agak monumental berjudul Interpretation of Dreams, Tafsir Mimpi sebuah buku lima jilid berisi lebih dari 3000 wawancara mimpi. menulis. Di India, seorang resi besar (peramal) menulis Atharva Veda dari hasil meditasinya. Buku tersebut berisi banyak tulisan tentang mimpi, seperti B. Pada zaman Yunani kuno, mereka juga mempelajari maupun pula menyelidiki mimpi mereka dalam berbagai penelitian, mereka menyebutnya onirologi, studi tentang mimpi. Oneirologi berasal dari kata Yunani oneiros, yang berarti “mimpi”. Orang terkenal yang mempelajari mimpi, seperti Homer (700 SM), mendefinisikan mimpi manusia dalam dua cara. Mimpi yang melewati tanduk. Gates adalah mimpi nyata, visi masa depan masa lalu yang akan menjadi kenyataan (Craze, 2013). Hippocrates, yang dikenal sebagai bapak kedokteran, juga menggunakan mimpi sebagai sarana penyembuhan. Dia menggunakan simbol dalam mimpinya sebagai tanda kondisi medis. , terkait dengan kesehatan seseorang. Ditafsirkan sebagai gangguan pada sistem saluran kemih, bintang terang melambangkan kesehatan, gelap bintang mewakili masalah kesehatan.
Karateristik Dalam Mimpi
Ibnu Qutaibah juga membagi hal-hal dalam mimpi menjadi tiga kategori utama, yaitu; mengidentifikasi karakter mimpi berdasarkan jenis, mengidentifikasi karakter mimpi berdasarkan kelompok, maupun pula terakhir mengidentifikasi mimpi berdasarkan jenis kelamin atau karakter. Ibnu Qutaibah menggunakan banyak sumber keilmuan Islam untuk menjelaskan mimpi dengan menciptakan metafora maupun pula metafora simbol maupun pula karakter dalam mimpi. C. Metode analisis mimpi Calvin S. Hall Kami mengambil penelitian yang dilakukan oleh Calvin S. Hall sebagai dasar karena cocok dengan analisis kami. Calvin (1953) menjelaskan bahwa mimpi merupakan hasil dari proses kognitif. Memang benar bahwa karakter yang muncul dalam mimpi berasal dari refleksi pikiran di dalam diri orang tersebut. Hal-hal tertentu yang menarik perhatian orang tersebut menjadi bentuk maupun pula simbol yang muncul dalam urutan mimpi. Calvin (1953) menjelaskan dalam artikelnya bahwa banyak pendapat bahwa mimpi manusia adalah; konsep diri, konsep orang lain, konsep dunia, konsep motivasi, konsep larangan maupun pula hukuman, maupun pula konsep konflik. Bukunya, Diagnosing Personality Using Dream Analysis, memberikan penjelasan terbaru tentang psikologi mimpi, yang sebelumnya tidak diketahui oleh para psikolog. Metode interpretasi mimpi Kálvin mencapai banyak kemajuan dibandingkan dengan generasi Freudian maupun pula Jung, perbedaan ini membawa bimaupun pulag psikologi mimpi ke surga baru, jadi psikologi mimpi tidak dianggap sebagai ilmu semu atau studi parapsikologis.
Mimpi Disebut Lucid Dream Metode Tafsir Mimpi Menurut Calvin
Beberapa metode tafsir mimpi Calvin dapat diuraikan sebagai berikut:
- Kumpulan mimpi Metode kumpulan mimpi meminta subjek untuk menuliskan mimpi-mimpi yang ia ingat dari malam sebelumnya pada secarik kertas atau jurnal, sehingga maupun pula mimpi itu terwujud.
- Tujuan rahasia dari mimpi adalah untuk menyembunyikan identitas subjek sehingga dia selalu anonim. Karena dalam mimpi memiliki cerita yang berkaitan dengan karakter subjek, sehingga harus bersifat pribadi maupun pula rahasia. Menurut Calvin S. Hall (1947) dalam jurnalnya, menyembunyikan identitas subjek penting untuk menjaga anonimitas si pemimpi, karena dua alasan. Mimpi seringkali sangat pribadi maupun pula intim, kedua karena banyak orang akan berdiskusi maupun pula berdebat tentang pola mimpi tersebut.
- Analisis atau interpretasi mimpi Saat menganalisis mimpi, peneliti harus memiliki pengetahuan yang lengkap tentang teori interpretasi mimpi, tetapi selama perjalanan konsep-konsep ini memiliki interpretasi mimpi mereka sendiri, yang membuat banyak detail muncul.
Setiap Definisi Memiliki Konsep Nan Berbeda
Hall (1947) menyatakan bahwa setiap definisi didasarkan pada konsep yang berbeda. Menghadapi keragaman seperti itu, peneliti mungkin memutuskan untuk meninggalkan semua ide maupun pula membiarkan “mimpi berbicara sendiri”. Namun, mimpi mentah tidak memberikan informasi yang kita butuhkan tentang karakteristik subjek, jadi bagaimanapun juga peneliti memerlukan metode simbolik untuk mengidentifikasi jenis subjek ini. Ketika Anda menempatkan ide
interpretasi mimpi, kami menganggap sebagai dasar teori yang dibuat oleh Calvin S. Hall, yang menurutnya mimpi seseorang adalah upaya untuk menyelesaikan konflik saat ini. Beberapa konflik, seperti antara motif yang berlawanan, emosi yang berlawanan, motif maupun pula rintangan, maupun pula antara emosi maupun pula rintangan (Hall, 1947). 4. Dukungan Langkah terakhir dari proses analisis mimpi Calvin S. Hall adalah dukungan. Salah satu manfaat metode ini, yang tidak ada dalam psikoanalisis Freud maupun pula interpretasi Carl G. Jung. Pada titik ini, setelah peneliti menafsirkan mimpi maupun pula merumuskan hipotesis tentang sifat pribadi subjek, langkah selanjutnya adalah mengkonfirmasi hipotesis tersebut. Hall (1947) mengatakan bahwa ada lima cara untuk mengkonfirmasi interpretasi mimpi, yaitu: kesepakatan antar individu, konsistensi internal, konsistensi eksternal, prediksi maupun pula metode.